Diterjemahkan dari tulisan milik Kay Kuzma, Ed. D
Ketika perilaku buruk remaja Anda tiba-tiba muncul, apakah yang harus Anda lakukan untuk menyembuhkannya ?
Billy dengan lantang menentang ibunya, sehingga ibunya menampar dan mengancam untuk “memukulinya sampai babak belur” kalau ia melakukannya lagi. Sepertinya itu menyelesaikan masalah, karena tidak ada lagi perlawanan sesudah itu. Tetapi sore itu, ketika ibunya masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaian hendak pergi berbelanja, ia meraih lacinya mengambil kaus kaki. Ia terkejut, menemukan kaki-kaki tiap pasang telah diguntingi.
Ia berhasil memadamkan satu tipe perilaku menyimpang dari putranya, namun telah menimbulkan satu macam lagi yang menyimpang. Mengapa? Karena ia gagal menelusuri latar belakang perilaku yang sesungguhnya dan menyelesaikan perasaan negatif yang menyebabkan kelancangan itu.
FENOMENA GUNUNG ES
Satu kesalahan umum yang sering dilakukan orangtua ketika mendisiplin para remaja mereka adalah menyerang perilaku yang tidak mereka sukai, bukannya mengambil waktu beberapa saat menentukan perasaan dibaliknya yang menyebabkan masalah. Untuk mencegah Anda jatuh dalam jebakan ini, saya sarankan Anda melatih diri memikirkan sebuah gunung es tiap kali remaja Anda melakukan sesuatu yang Anda tidak sukai.
Perkenankan saya menjelaskan apa yang saya maksudkan dengan gunung es. Bongkahan gunung es memiliki enam sampai Tujuh Kali massa di bawah permukaan air daripada diatas. namun jika anda melihat pada gunung es, Anda tidak segera menyadari bagian yang tersembunyi. Jika Anda mengubah bagian atas dengan memilah segumpal, gunung es akan menyesuaikan posisinya di air, dan kemungkinannya adalah beberapa bagian lain akan muncul.
Ini sama dengan perilaku remaja. Tindakan atau sikap negatif, seperti perilaku merusak, kata-kata yang lancang atau kasar, dan tindakan menggoda atau bermusuhan, adalah laksana puncak gunung es. Nah, kecenderungan para orangtua adalah berusaha keras menghilangkan perilaku yang kita temukan menyimpang. Dalam upaya mengubah perilaku itu, kita memukul, membentak, atau mengancam. Memang terkadang kita berhasil, perilaku yang tidak kita inginkan hilang. Tapi bila kita belum mematikan perasaan di baliknya yang menyebabkan tingkah laku itu, maka kemungkinannya adalah tingkah laku yang lain akan muncul di permukaan. Dan tingkah laku kedua mungkin lebih buruk daripada yang kita telah coba hilangkan pertama kali.
PERASAAN DI BALIKNYA
Suatu hari Bruce yang berusia 12 tahun pulang kerumah sambil berteriak, “Aku benci guruku! Dia bodoh!” Wajahnya menggoreskan kemarahan; ia melempar bukunya ke lantai dan sekali lagi berteriak “Aku benci dia!”
Ibu terkejut dengan semburan amarah ini, Ia masuk ke kamar. “Bruce” katanya, “Aku malu kepadamu. Jangan berbicara seperti itu tentang gurumu.”
“Aku tidak Peduli, ” Ketus Bruce. “Ia bodoh dan aku membencinya.”
Cukup! Aku tidak ingin kau berbicara seperti itu. Kau tidak boleh membenci siapapun, dan aku akan memcuci mulutmu dengan sabun karena telah menyebut orang bodoh – terlebih seorang guru. Sekarang pungut kembali buku-buku yang kau lemparkan di lantai.”
Saat ini Bruce bermuka pucat karena marah. Ia keluar dari kamar dan membanting pintu.
Mengetahui cara sebagian besar ibu dan ayah dalam menangani perilaku buruk remaja mereka dan bagaimana marahnya remaja mereka itu, terkadang saya bisa berkata bahwa Anda telah mengalami situasi yang sama.
Apa yang salah dengan ibu yang mencoba mendisiplinkan anaknya? Ia hanya mencoba menyelesaikan masalah. Kata-kata Bruce “Aku bnci guruku” tidak bisa diterimanya. Ia sedang mencoba mengajar Bruce menghormati orang dewasa. Ia perlu ditegur. Namun caranya hanya membuat situasi lebih buruk. Mengapa?
Mari kita ulangi lagi adegan itu dengan sedikit perubahan dan lihat apa yang bisa kita pelajari.
Bruce datang ke rumah sambil berteriak “Aku benci guruku. Ia bodoh.” Ibu tidak menyetujui perilaku Bruce. Ia selalu mengajarkan anaknya untuk menghormati orang dewasa dan tidak menyebutsiapapun bodoh. Tapi pada skenario kedua ini ia mengetahui ada sesuatu di balik perilakunya. Ia mulai mencari latar belakang masalah.
“Wow,” kata ibu. “Kau marah”
“Memang,” jawab Bruce. “guru mengejekku didepan semua teman kelas.”
“Dipermalukan di depan semua teman-temanmu membuat marah, bukan?”
“Ya, memang.” *Wajah Bruce mulai tenang sambil memungut buku yang di lemparkan ke lantai.*
“Aku tidak mengerti mengapa ia menuduhku. Itu bukan salahku. dan aku mencoba memberitahunya, tapi dia tidak mau mendengar.”
Pada saat ini kemarahan Bruce mulai mereda. Ibunya datang mendekat dan merangkulnya, dan airmata mulai bergulir di pipi Bruce. Mereka duduk di Sofa, dan Bruce mengungkapkan seluruh ceritanya.
Ketika semuanya telah diceritakan, penjelasan telah didengarkan dan perasaan surut, ibu bertanya, “Bruce, menurutmu bagaimana kau akan menyelesaikan masalahmu dengan gurumu?” dan selama 10 menit berikutnya, ibu dan Bruce mendiskusikan masalah itu
bersama-sama. Diakhir percakapan sang ibu menambahkan “Dan ngomong-ngomong, Bruce, kalau kamu marah itu tidak pernah benar-benar membantu. Dan menyebut seseorang ‘bodoh’ tidak menyelesaikan masalah”
“Yah, aku tahu. Aku akan coba mengingatnya. Dan terima kasih sudah mendengarkan, Bu”
Ketika mencari perasaan dibalik perilaku menyimpang, kuncinya adalah mendengarkan, karena satu-satunya cara perasaan yang terganggu bisa diatasi adalah dengan melepasnya melalui pembicaraan.
Apa yang ingin Anda hindari adalah agar tidak membiarkan perasaan keluar dengan cara yang tidak bisa diterima.
DENGARKAN MEREKA!
Mulailah mendengar dengan mengenali perasaan yang menurut Anda menjadi biangnya. “Oh, kamu marah.” “Kau kelihatan sedih.” “Menakutkan kalau hal itu terjadi.” Pengenalan Anda terhadap perasaan Remaja mengatakan kepadanya kalau mengalami hal itu tidak apa-apa. Dan dengan segera ia merasa kau berada di pihaknya. Nah kalau anda salah memberi perkiraan, remaja Anda yang akan mengkoreksi Anda. “Tidak, aku tidak marah; aku hanya kecewa.” Kemudian dengarkan sementara remaja Anda mengekspresikan perasaan yang telah dirasakannya.
Teruslah mendengarkan dan mengenali apa yang disampaikan remaja anda dengan menggelengkan kepala atau membuat komentar seperti “Ya” atau “Oh.” Biarkan bahasa tubuh Anda untuk juga mengekspresikan minat terkadang hanya dengan berdiam diripun sidah menjadi ajakan terbaik bagi remaja untuk berbicara.
Sembari mendengarkan, Anda akan memperhatikan sesuatu yang menarik sedang terjadi. Perasaan yang kuat itu yang menyebabkan perilaku salan akan mulai menghilang. Kemudian, begitu emosi telah reda, remaja Anda Siap melangkah kepada penyelesaian masalah. Pada saat itu Anda bisa berkata, “Memang susah berada pada situasi seperti saat ini, tetapi menurutmu apa yang engkau akan lakukan?” Penyelesaian masalah jarang efektif ketika terlalu banyak perasaan. Jelas, pemikiran baik tidak mungkin dalam suasana emosi yang tinggi.
Jadi, bila lain kali remaja Anda menunjukkan perilaku yang tidak bisa diterima. ingat efek gunung es. Mungkin saja perilaku yang Anda sedang perhatikan merupakan puncak gunung es semata.
Semoga Tulisan ini berguna bagi pembelajaran kita semua.
ini barru ok gan.... maju terus pantang mundurrr